Suatu hari di Minggu siang, dua anak laki lakiku terlelap, suamiku asyik bertukang. Biasa, kalau minggu ada aja yang dikutak kutik sama dia. Entah itu mbenerin listrik lah, merapikan kebel komputer si sulung yang jadi korban si kecil. Hanya aja kudu siap siap aja kalo tiba- tiba listrik suka dimatiin tanpa permisi dulu.
"Ayahhhhhhhh......!!! Paling aku teriak kenceng2 cause batere di laktop udah nggak maximal, jadi harus dicolokin di listrik terus menerus.
Bisa kebayang kan, kalo lagi order on line bisnisku, tahu tahu laktop mati, waaa....bubar jalan deh.
Kira- kira habis Dzuhur, pintu rumahku yang tertutup diketuk kenceng, lebih tepatnya digedor.
"Assalamualaikum.....Selamat Siang....." Wajah wanita berumur 20 an langsung menyambutku ketika pintu rumah aku buka.
Bujubune.....bawaannya buanyak banget.....ada satu pemuda berwajah lumayan dan berpenampilan nggak kalah rapi, kemeja biru muda, dasi biru tua gradasi biru muda. Bagus banget dia milih komposisinya.
Sementara aku hanya berdaster pendek dan muka sedang pake Masker product andalanku.
Langsung aku merasa terganggu, siang-siang bolong begini, hari minggu, gedor pintu rumah orang. Langsung dua orang itu pasang muka manis. Mereka pasti ngeri ngelihat muka be te ku.
"Ada apa ya?" tanyaku sambil ngelirik bawaan si mas yang nenteng tas kresek segedhe karung.
Lhadalah...ganteng-ganteng kok nenteng tas kresek sih? Gak pas banget!
"Selamat Siang ibu, perkenalkan nama saya Sita Prabandari, rekan saya ini Sindhu, kami dari perusahaan Bla..bla...ingin berbincang- bincang dengan ibu sebentar.
Pintu nggak aku buka lebar, mukaku masih mengkerut bener- bener terganggu.
"Maaf ya mbak, saya nggak ada waktu mbak. Ini baru beres-beres"
"Lima menit saja buk, nggak lebih. Kalau lebih dari 5 menit, ibu boleh usir saya" celetuk si cowok sambil mengeluarkan senyum mautnya. Ini pada muka tembok semua apa ya? Udah pasang muka serem, udah setel suara galak, tetep aja ngotot.
Setengah hati aku melebarkan pintu dan menyuruh mereka duduk. Dari cara mereka berkomunikasi dan cara gigih mereka dalam menawarkan diri untuk berbincang- bincang denganku, seolah aku seperti berhadapan dengan cermin. Jadi ingat kalau aku sedang memprospect orang yang setengah hati menerima penjelasanku, dan orang yang males mendengarkan presentasiku. Tiba-tiba aku nyadar, sikapku barusan yang nggak bersahabat bisa melukai perasaan mereka. Padahal aku dan meka sama-sama ingin berusaha dan berkerja.
Aku jadi malu sendiri melihat mereka antusias menjelaskan company profil mereka dan nggak langsung to the point menjual product mereka semata. Cara bicara mereka yang teraturm terarah, fokus dan sangat menguasai product serta company profile tempat mereka bekerja.
Melihat baju mereka yang rapi, wajah mereka yang full senyum, membuat aku appreciated sama mereka. Gusti....betapa aku selalu underestimed terhadap semua sales keliling. Mereka justru punya mental luar biasa, nggak perduli dijutekin customer, diusir, dicela.
Sedangkan aku? Hanya ditolak prospect aja udah down, banyak down line yang tidur saja udah putus asa, banyak down line yang nggak mau ikut Training aja, udah bikin aku jengkel. Suka banyak alasan ini, ina inu.....Duh......aku bener bener nggak ada apa apanya dibandingan para sales keliling itu.
"Sudah jelas ya buk, berarti udah pasti product kami ini sangat unggul dibanding product yang lain"
Aku melihat panci otomatis yang ditawarkan mereka dengan harga fantastik yang bisa dicicil, dan mereka menawarkan diri akan datang lagi minggu depan untuk demo masak di rumahku, dengan syarat aku harus bisa mengumpulkan paling sedikit 10 orang. Jumlah yang amat sangat kecil buat aku yang hobby banget menghimpun massa. Hehehehe....
"Terima kasih bu, atas waktunya. Sampai ketemu minggu depan ya buk" kedua sales itu menjabat tangan saya erat erat. Terasa sekali semangat juang mereka. Wajah mereka berbinar-binar, membuat hatiku semakin miris.
Subhanallah....selama kedua sales keliling itu nerocos panjang lebar, sama sekali mereka tidak menawarkan product mereka secara atraktif. Mereka hanya minta waktu untuk demo masak seminggu lagi.
Ya Allah, terima kasih engkau telah melunakkan hatiku dan memberi kesempatan kepada mereka. Semoga engkau juga melunakkan hati prospect prospectku setiap aku presentasi bisnis fun ku ke mereka. Banyak pelajaran yang kupetik sepeninggalan dua sales tadi. Bisnisku jauh lebih menyenangkan, jauh lebih menjanjikan dan jauh lebih mudah apabila kita memang mau berusaha, fokus dan selalu meniru yang positif dari upline dan down line kita.
Kita selalu sibuk mencari kambinghitam terhadap ketidakberhasilan kita.
Kita selalu menganggap down line nggak sama visi dengan kita, padahal kita sendiri jarang mau sharing apa visi dan misi kita.
Kita sering mengganggap up line hanya contact kalau pas mendekati tutup point doang, padahal kita sendiri nggak mau towel towel down line kita sendiri. Sudah bagus dong kita masih diingatkan menjelang tupo day.
So, aku janji akan lebih baik dalam menghadapi sales keliling. Perjuangan mereka terasa lebih berat dan penuh tantangan dengan hasil yang jauh dari memuaskan. Beda banget sama bisnisku yang bisa dijalankan dengan on line maupun offline / tatap muka.
Tunggu aja minggu depan, mau aku prospect mereka berdua buat gabung di bisnisku ini.
Go Diamond
Tidak ada komentar:
Posting Komentar